Senin, 12 Maret 2018

Cinta

MAHABATULLAH CINTA KEPADA ALLAH

Ada sebuah kisah, sewaktu masih kecil Sayyidina Husain (cucu Rasulullah) bertanya kepada ayahnya Sayyidina Ali bin Abi Tholib, “Apakah engkau mencintai Allah?“ Sayyidina Ali bin Abi Tholib menjawab, “Ya.

Lalu Sayyidina Husain bertanya lagi,
“Apakah engkau mencintai kakek dari ibu (Nabi)? “Sayyidina Ali bin Abi Tholib kembali menjawab, “Ya.

Sayyidina Husain bertanya lagi, “Apakah engkau mencintai ibuku? “Lagi-lagi Sayyidina Ali bin Abi Tholib menjawab, “Ya.

Sayyidina Husain kecil kembali bertanya, “Apakah engkau mencintaiku?“
“Sayyidina Ali bin Abi Tholib menjawab, “Ya.

Terakhir Sayyidina Husain yang masih polos itu bertanya, “Ayahku bagaimana engkau menyatukan begitu banyak cinta di hatimu?“ Kemudian Sayyidina Ali bin Abi Tholib menjelaskan, “Anakku pertanyaanmu hebat.“

Cintaku pada kekek dari ibumu (Nabi Sholollahualaiwasalam), ibumu (Fatimah Az-Zahra RA) dan kepada kamu sendiri adalah kerena cinta kepada Allah. “Karena sesungguhnya semua cinta itu adalah cabang-cabang cinta kepada Allah Subhanallah.

Setelah mendengar jawaban dari ayahnya itu Husain jadi tersenyum mengerti.

Dalam kitab Al-Mahabbah Al-Imam Al-Ghazali, mengatakan bahwa cinta kepada Allah adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan ia menduduki derajat/level yang tinggi. “(Allah) mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.“ (QS. Al-Maidah [5] : 54).

Dalam tasawuf, setelah di raihnya maqam mahabbah ini tidak ada lagi maqam yang lain kecuali buah dari mahabbah itu sendiri. Pengantar-pengantar spiritual seperti sabar, taubat, zuhud dan lain lain nantinya akan berujung pada Mahabatullah (cinta kepada Allah).

Ada seorang murid bertanya kepada Gurunya, “Guru apakah tanda seseorang itu cinta kepada Allah?" Sang Guru menjawab, “Orang tersebut mencintai dan menyayangi makhluk-Nya.“ Dalam kitab Su'bul Iman diterangkan bahwa salah satu cabang dari iman adalah menyingkirkan duri dari jalan, agar secara fisik orang tidak terluka karena duri tersebut.
Secara hakikat kita harus menghilangkan duri-duri “penyakit-penyakit“ dari hati kita, agar tindakan dan ucapan kita tidak menyakiti orang lain.

Semoga kita menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.

سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ.

"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".

*Robbana Taqobbal Minna*
Ya Alloh terimalah dari kami (amalan kami), aamiin

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar